Senin, 15 Agustus 2011

Musyawarah Nasional II IMHI

Assalmualaikum wr.wb.
Alhamdulillah. Berkat karunia Allah SWT, yang telah memberi kita kesempatan dan kesehatan kepada kita. Untuk mensukseskan acara MUNAS II IKATAN MAHASISWA HIDAYATULLAH, maka kami selaku panitia MUNAS II IMHI mengundang saudara-saudara sekalian dalam acara tersebut yang akan dilaksanakan pada tanggal 14-20  September 2011 di Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan.
Bagi teman-teman yang ingin mengikuti acara MUNAS II ini, silahkan download di sini.
proposal MUNAS II IMHI.rtf
Wassalamu'alaikum wr.wb

Baca Selengkapnya......

HIDAYATULLAH SURABAYA BER-RAMADHAN BERSAMA SYAIKH ADNAN, ULAMA PALESTINA

Pagi itu terasa ada sesuatu yang baru dan istimewa di masjid Aqshol Madinah, pondok pesantren Hidayatullah Surabaya. Tidak seperti biasanya kali ini ustadz Abdurrahman, ketua badan Pembina Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, tidak menjadi imam shalat subuh. Kajian kitab kuning yang rutin dilakukan setiap pagi pun tidak terlihat. Pasalnya, di hari yang ke-8 dari bulan ramadhan itu, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya kedatangan tamu agung dari Palestina, Syaikh Adnan Hasan Husain. Ulama yang juga hafidz (penghafal Al-quran) inilah yang menjadi imam shalat subuh serta mengisi tausiah di pagi yang penuh barokah itu.

Dengan penuh semangat dan berapi-api syaikh Adnan, begitu ia biasa disapa, ‘membakar’ motivasi para jama’ah yang hadir. Ia mengajak para jama’ah untuk mencintai Al-quran dengan cara mempelajari dan menghafalkannya dengan sungguh-sungguh. Ayat-ayat Al-quran dan hadits-hadits nabi mengenai keutamaan membaca, mempelajari, mengajarkan, serta menghafalkan Al-quran pun seringkali disampaikan agar jama’ah semakin termotivasi. Tak lupa, ia juga menyinggung nasib Palestina, negara yang sampai sekarang masih dijajah oleh Negara zionis Israel. Masjidil aqsho yang ada di Palestina, menurutnya, bukan hanya milik rakyat Palestina, namun juga milik kaum muslimin di dunia, termasuk rakyat Indonesia. “Al-aqsho bukan milik rakyat Palestina saja, tapi milik kita semua”, ujarnya dengan mimik serius.


Safari Ramadhan


Syaikh Adnan merupakan utusan dari “Maktabah Hay-ah Al-Ulama’ Falistiin Fii Shuria”, sebuah perkumpulan Ulama Palestina yang ada di negara Suriah. Ia dipilih untuk menjadi imam tarawih dan mengajarkan Al-quran di Indonesia selama bulan Ramadhan pada tahun ini.

Ia diminta untuk menjadi imam tarawih dan mengajarkan Al-quran di 3 tempat berbeda di Indonesia. Pada tanggal 1-7 Ramadhan di masjid Jogokaryan Jogjakarta, tanggal 8-14 Ramadhan di Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, dan tanggal 15-21 Ramadhan di Wonogiri. Namun, rencana ke Wonogiri nggak jadi karena suatu sebab. Dan akhirnya, setelah dari Surabaya, Syaikh Adnan langsung ke Jakarta.

Di kota pahlawan ini (Surabaya), Syaikh Adnan tidak hanya menjadi imam tarawih di Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Di pondok ini ia hanya menjadi imam tarawih sebanyak 3 kali. Selebihnya, ia menjadi imam tarawih di masjid Manarul ‘Ilmi ITS (Institut Teknologi Sepuluh November), masjid Mujahidin di Perak, dan masjid Nuruzzaman UNAIR (Universitas Airlangga). Adapun untuk shalat lima waktu, ia melaksanakannya di masjid Aqshol Madinah, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya.

Ada yang unik ketika ia menjadi imam tarawih. Tidak seperti imam tarawih Indonesia pada umumnya, ia membaca Al-quran di setiap shalat (satu salam) sebanyak satu juz. Jadi, dalam satu kali shalat tarawih, ia membaca sebanyak 5 juz.

Adapun kegiatan mengajar Al-quran dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam sehari, di aula Rahmad Rahman, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Pada sesi pertama, yaitu pukul 08:00-10:00, untuk siswa SD, SMP, dan SMA Luqman Al-Hakim. Sesi kedua, yaitu pukul 10:00-11:30, untuk para guru. Dan sesi ketiga, yaitu pukul 15:30-16:30 untuk mahasiswa STAIL (Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim) dan untuk umum.

Imam Tetap Masjid Al-Husain

Syaikh Adnan adalah orang Palestina, namun dia dilahirkan di Negara Suriah. Kedua orangtuanya, Hasan Husain Hasan dan Nouroh Muhammad Al-Kanji, hijrah dari Palestina ke Suriah pada tahun 1948. Kedua orangtuanya terpaksa meninggalkan negeri tercinta, Palestina, dan mengungsi di Dara’ah, Suriah karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan besar-besaran oleh Negara penjajah Israel.

Di kota Dara’ah inilah, Syaikh Adnan dilahirkan pada tanggal 16 Oktober 1960. Begitu juga dengan ke-5 saudaranya; Umar (guru), Khalid (insinyur), Ta’ur (guru), Yasir (guru), dan Mansyur (guru). Mereka semua dilahirkan dan dibesarkan di kota Dara’ah, Suriah.

Syaikh Adnan memang dilahirkan di Suriah, namun kerinduannya untuk pergi ke Palestina sangatlah dalam. Bahkan, ia sangat ingin berjihad dan mati di sana. Namun sampai sekarang, cita-cita itu tak pernah diraihnya, karena tentara zionis Israel selalu menghalang-halangi.

Walau hidup di kota pengungsian, syaikh Adnan tak berkecil hati. Ia tetap semangat belajar sampai akhirnya ia menjadi seorang insinyur. Ia juga kemudian berhasil menghafal Al-quran dalam kurun waktu setahun lebih bebarapa bulan.

Ia pun menikah dengan Fatimah Muhammad Hasan, sepupunya sendiri. Dari hasil pernikahan mereka, Allah mengaruniakan 8 anak. 4 anak laki-laki, dan 4 anak perempuan. Mereka adalah Inas (dokter), Nasir (dokter), Muhammad (guru), Abdurrahman (mahasiswa), Imyash, (guru), In’am (mahasiswa), Salam (mahasiswa), dan Bayan (siswa SMA).


Dalam kesehariannya, ia menjadi imam shalat di masjid Al-Husain di kota Dara’ah, disamping bekerja sebagai insinyur. Ia menjadi imam tetap di setiap sholat, kecuali waktu dhuhur. Pada waktu dhuhur, dia sholat di masjid yang dekat dengan tempat kerjanya.

Selain itu, ia juga menjadi guru Al-Quran dalam daurah Al-Quran yang biasanya berlangsung sampai 3 bulan. Daurah ini dilaksanakan di masjid Al-Husain dan bisa diikuti oleh 500 peserta yang terdiri dari siswa SMP dan SMA. Syaikh Adnan merupakan salah satu dari pembimbing dalam satu

halaqoh, di mana satu halaqoh berkisar antara 10 sampai 15 orang.



Pohon Surga

Syaikh Adnan mengaku merasa senang berada di Indonesia. Indonesia, katanya, bagaikan potongan surga lantaran banyak pepohonan dan sungai. Dalam Al-Quran, lanjutnya, surga digambarkan memiliki pohon-pohon hijau serta sungai yang mengalir di bawahnya.

Dia juga merasa takjub melihat pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Fasilitas pesantren seperi bangunannya yang banyak, lapangan bola, dan lain-lain tersedeia lengkap di Indonesia. Di Suriah, katanya, pesantren yang ada sederhana. Bahkan, ada yang Cuma belajar di masjid dan di kebun.
Selain itu menurutnya, hubungan antara guru dan murid di Indonesia – khususnya di pondok pesantren Hidayatullah Surabaya – terlihat dekat. Di Suriah, katanya, seakan ada jarak antara guru dan murid. Padahal salah satu kunci keberhasilan proses belajar mengajar adalah kedekatan antara guru dan murid.


Sebelum meninggalkan Surabaya, pada hari senin 15 Agustus 2011 selepas sholat dhuhur, syaikh Adnan berpamitan sekaligus memberikan pesan-pesan kepada para santri dan ustadz Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Untuk para santri, ia berpesan agar menghormati para ustadz serta bersungguh-sungguh dalam belajar. Adapun untuk para ustadz, ia berpesan agar menyayangi para santri, lemah lembut, dan bersabar dalam mengajar mereka. Ia juga berdoa kepada Allah agar pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya menjadi pondok yang penuh barakah dan lahir darinya pejuang-pejuang Islam yang disebar ke penjuru dunia.

Baca Selengkapnya......