Sabtu, 30 April 2011
Kita Golongan Mana?
Kamis, 28 April 2011
“SUKSES” BERCERMIN PADA KERANG
(Mahasiswa STAIL)
Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka beruntunglah orang tersebut, barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin maka termasuk orang yang rugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka termasuk orang yang celaka, begitulah Sabda Nabi Muhammad SAW. Dalam salah satu haditsnya.
Percayalah…..!
Sukses, merupakan impian bagi setiap orang yang sempurna akalnya. Namun, anehnya masih banyak orang yang tidak percaya dengan potensi yang dimiliki dirinya sendiri, justru lebih percaya dan bangga dengan kemampuan orang lain. Sehingga begitu melihat orang lain sukses dan berkembang mereka minder, merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan orang lain, seakan tidak percaya bahwa Tuhan menganugrahkan akal yang dapat digunaka untuk berfikir. Padahal dalam Islam sendiri mengatakan bahwa manusia itu memiliki potensi dasar (fitrah) yang berupa Insting, Nafs, Krakterstik, Hereditas, Intuisi dan Bakat. Menurut baratpun menilai manusia itu tidak jauh berbeda dengan Islam, mereka berpendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang aktif, artinya mahluk itu merupakan mahluk yang di dalam dirinya terdapat kecendrungan dan naluri untuk membentuk dirinya (LANGVELD).
Baca Selengkapnya......
Rabu, 27 April 2011
Terbelenggu Masa Lalu
Setiap manusia terlahir dalam keadaan merdeka, bahkan merdeka dari kehendak ibu yang melahirkannya. Seorang ibu tidak bisa mengatur kapan bayinya lahir, siang atau malam, sekarang atau besok. Jika sang bayi hendak lahir jam satu malam, maka lahirlah jabang bayi itu pada jam tersebut, sekalipun sang ayah harus pontang-panting mencari kendaraan untuk mengantar ke rumah sakit, meskipun sang ibu lagi asyik-asyiknya tidur, sekalipun dokter dan bidan sedang terlelap tidur.
Kemerdekaan yang menjadi hak semua manusia itu sering terkikis seiring dengan perjalanan waktu. Semakin dewasa bertambah banyak penjara atau belenggu yang mengekang kebebasannya. Lebih aneh lagi, ternyata sebagian besar penjara itu dibuat oleh mereka sendiri. Penjara-penjara itu diciptakan oleh pikiran mereka sendiri.
Baca Selengkapnya......
Trik Menjadi Pemimpin berkualitas
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menciptakan khalifah di bumi’. Mereka berkata:’Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman:’Aku menegetahui apa yang tidak kamu ketahui’. (QS.Al-baqoroh:30)
Ayat di atas mengabarkan kepada kita, bahwa setiap manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Tidak sekedar beberapa orang saja, melainkan setiap orang. Setiap manusia adalah pemimpin. Coba kita hayati hadits berikut, “Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan ditanyakan tentang kepemimpinannya”(Al-hadits).
Oleh karena itu, betapa urgen mempelajari dunia kepemimpinan (leadership).Kalau kita tidak mengenal lebih mendalam, bisa-bisa kita tidak bisa menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas. Lantas, bagaimana cara untuk menjadi pemimpin yang baik lagi berkualitas?
Setidaknya, ada 3 hal penting yang insyaAllah sangat bermanfaat untuk kita ketahui, agar kita bisa menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas. Agar kita bisa melaksanakan tugas yang Allah berikan kepada kita –yaitu menjadi pemimpin- dengan sebaik-baiknya. Karena, mau tidak mau, kita akan ditanya tentang “kepemimpinan” kita.
Mengelola Waktu
Yang pertama adalah pandai mengelola waktu. Pemimpin yang baik haruslah bisa mengelola waktunya dengan baik. Tanpa penguasaan terhadap waktu, seseorang tidak bisa dikatakan pemimpin yang baik.
Islam sungguh sangat menghargai waktu. Bahkan, dalam Al-Quran Allah bersumpah dengan waktu. ‘Wal ‘ashr’. ‘Demi Waktu’, firman Allah. Ini menandakan bahwa, waktu teramat penting. Namun sayangnya, banyak manusia menyia-nyiakan dan melupakan nikmat Allah berupa waktu. Rasulullah sendiri menyampaikan hal ini dalam haditsnya, ”2 nikmat yang banyak manusia lupa ialah nikmat sehat dan nikmat sempat” (Al-hadits). Nikmat sempat itu tidak lain adalah nikmat waktu yang Allah berikan kepada kita.
Pernah suatu ketika tatkala di majlis ilmu, Imam Ghazali bertanya kepada murid-muridnya, “ Wahai murid-muridku, menurut kalian, apa yang terdekat dengan kita?” Murid-muridnya pun menjawab dengan jawaban yang beragam. Ada yang mengatakan, “Yang terdekat dengan kita adalah orang tua kita wahai syeikh”. Yang lain menjawab, “Kalau menurut saya, yang terdekat dengan kita adalah anak kita”. Dan masih banyak jawaban lain dari para muridnya. Lantas Imam Ghazali mengatakan, “Jawaban kalian benar, tapi ada yang lebih dekat dengan kita daripada itu semua, yaitu kematian. Kematian itu datang secara tiba-tiba, tanpa diundang dan tanpa diperkirakan sebelumnya. Bisa saja ia datang menjemput kita bulan depan, atau bisa juga pekan depan, atau habis majlis ini nyawa kita diambil. Jadi, ia begitu dekat dengan kita. Maka persiapkan diri kalian menghadapi kematian itu”.
Para muridnya pun mengangguk-angguk pertanda mengiyakan. Selanjutnya Imam Ghazali mengajukan pertanyaan lagi,”Sekarang menurut kalian, apa yang terjauh dengan kita?” Mendapatkan petanyaan seperti itu, kembali murid-muridnya menjawab dengan jawaban yang berbeda. Ada yang mengatakan yang terjauh adalah matahari. Ada yang mengatakan langit, bulan, dan lain-lain. Namun Imam Ghazali pun menimpali, “Kalian benar, tapi ketahuilah, sesungguhnya yang terjauh dari kita adalah waktu yang telah lewat. Walaupun kita berlari sekencang mungkin, atau menggunakan kendaraan apapun, kita tidak akan pernah sampai padanya. Karena waktu yang kita habiskan sungguh teramat jauh. Maka dari itu, gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya”.
Begitulah hakikat waktu. Sungguh sangat penting mengelolanya dengan sebaik mungkin, agar kita bisa menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas. Namun sebenarnya, hakikat mengelola waktu adalah mengelola diri kita. Bukan kita yang mengatur waktu, karena waktu memang waktu tidak bisa diatur-atur. Caranya ialah, kita berusaha sebaik mungkin mengatur diri, agar waktu yang ada termanfaatkan dengan baik, tidak terbuang percuma.
Terkait pengelolaan waktu ini, penting kiranya kita mencontoh para pemimpin dunia. Mereka menggunakan waktu sebaik mungkin. Tak ada waktu kosong yang tersia-siakan. Bahkan, mereka sedikit sekali menghabiskan waku untuk tidur. Sebutlah contoh Rasulullah, pemimpin nomor satu di dunia, pemimpin yang menjadi teladan bagi pemimpin-pemimpin lainnya. Untuk tidur, beliau hanya butuh waktu 3 sampai 4 jam dalam sehari. Tidak banyak. Cobalah bandingkan dengan kita. Sudahkah kita mencontoh Rasulullah? Sudahkah kita tidur dalam sehari hanya 3-4 jam?
Bermanfaat bagi Orang Lain
Hal penting kedua yang seharusnya diketahui oleh kita untuk menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas ialah, menjadikan konsep “bermanfaat bagi orang lain” sebagai prinsip hidup. Kita hidup di dunia, dalam rangka memberikan manfaat kepada orang lain. Memberi manfaat sebanyak-banyaknya.
Rasulullah bersabda, “Khoirun naas anfa’uhum linnaas”. “Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.(Al-hadits).
Dari sini, kita memuhasabahi diri kita. Sudah berapa banyak manfaat yang kita berikan kepada orang lain? Atau, selama ini, kita malah lebih banyak memberikan kerugian daripada memberikan manfaat. Jangan-jangan, keberadaan kita sama dengan ketiadaan kita. Jangan-jangan, hidup kita di dunia tidak ada manfaatnya sama sekali. Pepatah arab mengatakan, “wujuuduhu ka’adaamihii”.”Keberadaannya sama dengan ketiadaannya”. Na’udzubillaahi min dzaalik. Tsumma na’udubillaahi min dzaalik.
Dengan berprinsip seperti ini, yaitu memimpin karena prinsip kemanfaatan, maka kita pun bisa mencapai predikat sebagai pemimpin yang baik dan berkualitas di mata Allah. Karena, setiap langkah kaki yang kita tapakkan, setiap kata yang keluar dari lisan, dan segala tindak-tanduk kita, digunakan untuk memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada manusia yang lain. Khoirun naas anfa’uhum linnaas.
Inspiratif
Yang ketiga adalah, menjadi pemimpin yang inspiratif. Untuk poin yang ketiga ini, lebih masuk ke tataran aplikatif. Kalau kita mau menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas, penting mengetahui hal ini. Setelah mengetahuinya, bisa kita praktekkan.
Seorang pemimpin bisa dikatakan baik, ketika bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Pengaruh yang menjadikan orang yang dipimpin merasa enjoy dan nyaman, sehingga mau berjuang bersama. Ketika diperintah oleh sang pemimpin, ia sadar bahwa itu adalah kebaikan. Ia akan melakukan perintah dengan senang, tidak terpaksa, dan tidak mengharap hadiah dari pemimpin. Inilah pemimpin yang inspiratif. Inilah pemimpin yang berkualitas.
Memang berat untuk menjadi pemimpin yang seperti ini. Tidak mudah. Namun tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Dalam hal ini, Rasulullah adalah contoh utama. Para sahabat ketika diperintah oleh Rasulullah, maka dengan mantap hati mereka berujar, “Sami’naa waatho’naa”. “Kami mendengar dan kami taat”. Oleh karena itulah, perlu sekali kita mencontoh beliau.
Akhirnya, semoga kita semua bisa menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang berkualitas. Pemimpin yang amanah. Pemimpin yang bisa mempersembahkan yang terbaik kepada Allah. Kita semua. Ya, kita semua. Karena setiap kita adalah pemimpin. Wallahua’lam.
Baca Selengkapnya......
Minggu, 24 April 2011
Ustadz Rohim: Belajarlah dari Kesungguhan para Pendahulu
Untuk bisa mencapai apa yang diinginkan mahasiswa harusnya bergairah, yaitu memiliki semangat yang tinggi. Kalau tidak, maka keinginan tidak akan bisa tercapai.
Pesan itu disampaikan oleh salah satu perintis Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, ustadz Rohim, ketika Pengurus Pusat IMHI bersilaturrahim ke kediamannya di komplek perumahan Bumi Madina Asri (BMA) Surabaya pada Ahad (24/4)
Menurut ustadz yang sekarang diamanahi menjadi Direktur Niaga Majalah Hidayatullah ini, agar bisa menambah ghiroh mahasiswa harus pandai-pandai memacu semangat. Misalnya, dengan mengadakan kegiatan rutin.
“Cobalah minimal seminggu sekali atau maksimal sebulan sekali diadakan kegiatan yang bisa memacu semangat’, kata beliau.
Ustadz Rohim menambahkan, mahasiswa harus banyak-banyak belajar dari para pendahulu, yaitu ustadz-ustadz yang merintis Hidayatullah. Dari mereka kita bisa melihat, betapa gigih perjuangan mereka.
Keinginan mereka untuk berislam dan mencari ilmu sangatlah besar. Mereka juga siap untuk terjun berdakwah di masyarakat. Walau mungkin, secara keilmuan dan pengalaman mereka kurang.
Beliau mencontohkan, dulu pada awal-awal, setiap kader diberi amanah untuk mengisi khutbah di masjid-masjid. Setiap mereka harus siap melaksanakan amanah ini. Akhirnya, dengan segala daya upaya mereka belajar dan langsung mempraktekkannya. Tentunya kalau tidak memiliki semangat, tidak bergairah, mereka tidak akan bisa melaksanakan amanah tersebut.
Makanya beliau pun memberi saran kepada IMHI agar bisa mengadakan program mengisi khutbah di beberapa masjid. Karena sebagai pembelajaran, masjid yang dijadikan tempat khutbah tidak perlu yang besar.
“Masjidnya tidak perlu yang besar-besar. Yang kecil-kecil dulu”, terang beliau.
Ustadz Rohim juga memberikan saran-saran lainnya kepada IMHI. Misalnya, diadakan latihan keterampilan kepemimpinan, setiap kamar di asrama diupayakan ada majalah hidayatullah terbaru, dan lain-lain.
Agenda silaturrahim yang diadakan oleh pengurus Pusat IMHI ini dalam rangka menguatkan internal pengurus. Rencananya, kegiatan silaturrahim seperti ini akan diadakan secara rutin. Hal ini diperlukan, mengingat pentingnya penguatan internal. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) IMHI, Nur Imam. “Insya Allah akan dilaksanakan secara rutin”, katanya.
.
Rabu, 20 April 2011
Dibalik Bencana Negeri Sakura
Akhir–akhir ini, bencana demi bencana datang menghampiri kita; mulai dari tanah longsor, banjir, dan gunung meletus. Bahkan tsunami pun sudah mulai akrab dengan kehidupan kita. Lihat saja tsunami yang melanda aceh beberapa tahun yang lalu. Ia telah memakan ratusan bahkan ribuan korban dan kerugian materi yang tidak sedikit.
Beberapa hari yang lalu tepatnya di minahi, sanreko yang terletak di wilayah timur jepang diguncang gempa yang berkekuatan 9,0 skala richter. Kemudian disusul gelombang tsunami yang dalam hitungan jam saja mampu menewaskan sedikitnya sepuluh ribu jiwa. Sementara ribuan warga lainya mengalami luka – luka. Belum lagi mereka yang selamat, namun terpaksa hidup tanpa aliran listrik dan air bersih. Hal ini mengancam lebih banyak lagi korban yang akan berguguran dan masih banyak lagi ancama-ancaman lainya yang menghantui kehidupan mereka.
Saudaraku, Jepang kita kenal memiliki kekuatan teknologi yang canggih dan merupakan negara super power di Asia. Namun ternyata, Jepang tidak mampu menghalangi datangnya gempa bumi yang kemudian disusul oleh tsunami.
Teknologi yang menjadi dambaan mereka rupanya tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi mereka.Ternyata manusia lemah, tidak mampu berbuat apa-apa ketika bencana telah datang. Bagi kita yang mengaku sebagai orang – orang yang beriman, ragam kejadian yang melanda kehidupan kita belakangan ini hendaknya menjadi sinyal dini buat kita. Betapa manusia tak punya kuasa sedikitpun di hadapan Sang Maha kuasa.
Pernahkah kita mengintropeksi diri bahwa semua musibah ini diakibatkan oleh ketamakan dan kerakusan manusia itu sendiri. Coba kita renungi bersama-sama firman Allah surat Ar-rum ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan oleh perbuatan manusia; supaya Allah merasakan kepada mereka seabagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.
Ini artinya, musibah yang datang merupakan ulah dan perbuatan kita sendiri. Bisa saja bencana yang akan datang lebih hebat dan lebih dahsyat dari yang dibayangkan dan lebih cepat dari dari yang diprediksikan. Sehingga, solusi utama adalah kembali mengatur alam ini dengan aturan Allah. Akhirnya, kita hanya bisa memohon kepda Allah semoga Allah menjaga kita dari hal – hal yang tidak kita inginkan. Amiin.
*) Penulis adalah Mahasiswa STAIL
KISAH MENGAGUMKAN 10 MUJAHID MODERN
Oleh Luqman Hakim*
Nama buku : Perjalanan Meminang Bidadari, Kisah
Luar Biasa 10 Tokoh Syahid modern
Penulis : Herry Nurdi
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House, Jakarta
Cetakan : Pertama, Maret 2011
Tebal : 205 halaman
Mati syahid adalah impian tiap insan beriman. Dengan mati syahid, tidak hanya kesalahan dan dosa yang akan ditebus, Allah juga akan memberikan kemuliaan untuk mampu dan bisa memberikan syafaat kepada keluarga dan orang-orang tercinta. Selain itu, Allah memberikan kepada orang yang mati syahid dengan 7 keutamaan.
Bau darahnya seperti aroma misik, tetesan darahnya merupakan salah satu tetesan yang paling dicintai Allah, ingin dikembalikan lagi kedunia (untuk syahid lagi), ditempatkan di surga firdaus yang tertinggi, arwah syuhada ditempatkan ditembolok burung hijau, orang yang mati syahid itu hidup, syahid itu tidak merasakan sakitnya pembunuhan.
Namun, upaya meraih syahid tidaklah mudah. Diperlukan keberanian dan kesiapan jiwa dan raga serta pengorbanan luar biasa. Bahkan; cemoohan, pembunuhan karakter, dan perlakuan kejam merupakan bagian lain yang tidak bisa dipisahkan. Ya, berbicara mati syahid tidak lepas dari jihad, berperang melawan orang kafir. Berperang melawan kemungkaran dan kedzaliman.
Dalam buku berjudul “ Perjalanan Meminang Bidadari, Kisah Luar Biasa 10 Tokoh Syahid modern” ini penulis mengisahkan perjalanan 10 mujahid yang berjuang memperoleh syahid dengan cara mereka masing-masing.
Mereka adalah Omar Mukhtar, Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb, Yahya Ayyash, syeikh ahmad yassin, Abdul Aziz Rantissi, Abdullah Azzam, Dzokhar Musyayevich Dudayev, Ibnul Khattab, dan Abdullah Syamil Salmanovich Basayev.
Para 10 tokoh syahid modern ini menolak menyerah kepada penguasa lalim. Menolak tunduk kepada penjajahan manusia atas manusia. Menolak menjadi manusia yang kerdil dan penakut. Dan Menolak kedzaliman dan kemungkaran atas tubuh umat Islam
Mereka lahir dari daerah yang berbeda, bahasa yang tak sama, dan kebudayaan yang tak serupa, tapi memiliki ide dan pemikiran yang satu: memperjuangkan kemulian dien Allah.
Semasa hidup, mereka telah menginspirasi banyak orang untuk ikut bersama-sama berjuang menegakkan Islam, melawan kemungkaran dan kedzaliman, serta tidak membiarkan musuh-musuh Islam menginjak-injak kemuliaan Islam. “Tangan dingin” mereka mampu melahirkan pejuang-pejuang yang rela mewakafkan hidup dan kehidupannya untuk agama yang mulia ini. Sehingga tidak mengherankan, bermunculan pejuang-pejuang baru yang meluangkan hampir seluruh waktunya demi kejayaan Islam.
Jika di kala hidup, banyak orang terinspirasi dengan sepak terjang mereka, maka ketika menemui ajal, mereka pun mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan tidaklah mudah. Bahwa, perjuangan membutuhkan pengorbanan. Dan pengorbanan terbesar adalah terlepasnya nyawa dari badan.
Dalam buku ini kita diajak berkelana menyusuri satu persatu perjalanan masing-masing tokoh yang dikisahkan secara dramatis tapi mengalir. Sesekali penulis mengungkapkan perasaan pribadinya untuk menghidupkan suasana. Dan, untuk menguatkan keabsahan kisah-kisahnya, penulis menukilkan komentar-komentar para mujahid. Bahkan, penulis melampirkan salah satu naskah wawancara salah satu tokoh mujahidin, yaitu Syeikh Ahmad Yasin.
Membaca buku yang ditulis oleh Herry Nurdi, penulis produktif yang juga seorang wartawan ini kita tidak hanya diajak mengenal 10 tokoh di atas, namun semangat kita juga digugah untuk bisa meneladani mereka.
*) Penulis adalah Mahasiswa STAIL
Baca Selengkapnya......
Perayaan Tahun Baru Masehi di Mata Islam
Oleh: Ridwan Yahya*
Jika kita sebagai orang muslim jeli memandang suatu fenomena yang terjadi di sekitar kita, yang awalnya kita beranggapan bahwa hal demikian adalah suatu kewajaran yang sudah terjadi di kalangan masyarakat. Bahkan, kita pun sudah memandangnya sebagai sesuatu yang bisa mendatangkan manfaat pula. Padahal, tanpa kita sadari bahwa itu semua ternyata bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh agama kita.
Seiring dengan statement di atas, akhir-akhir ini kita telah melewati sebuah momen yang selalu dibumbui dengan berbagai macam kemeriahan dan euforia megah di dalamnya, yakni perayaan tahun baru masehi. Hampir di semua belahan dunia manapun, sibuk mempersiapkan acara-acara untuk menyambut bergulirnya pergantian tahun masehi tersebut. Suasana yang serba ramai dan meriah yang tercipta pada setiap detiknya, penuh diwarnai dengan semaraknya tiupan terompet dan letusan kembang api di udara yang menandakan bahwa tahun baru itu telah tiba.
Untuk menghadirkan atmosfer megah semacam itu, tidak sedikit acara yang diselenggarakan menelan biaya berjuta-juta. Bahkan, lebih. Ada pula yang mencapai kisaran miliaran rupiah, lenyap begitu saja dalam larutan acara tersebut.
Contoh, mengutip dari situs jakartapress.com yang telah disimpulkan, bahwa perayaan tahun baru masehi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada pergantian tahun 2009-2010 kemarin menghabiskan biaya sekitar 2 miliar rupiah. Sungguh, nominal angka yang sangat fantastis. Namun, sayang uang sebesar itu habis sekadar untuk meluncurkan kembang api dalam tempo waktu sekitar 25 menit saja.
Dan dengan tanpa disadari oleh pikiran kita, bahwa uang yang sudah digelontorkan tadi hangus begitu saja bak tersihir keindahan sesaat kembang api.
Dari perihal di atas, maka terbayanglah oleh kita bahwa yang demikian itu adalah suatu perbuatan yang dengan jelas agama kita tidak membenarkannya sama sekali. Sungguh, tak terkira sikap kesia-siaan yang ditampakkan oleh orang semacam mereka itu. Dan tak ubahnya pula dengan sikap mubazir yang menjadi karakter khas syaithan dan kawan-kawannya.
Firman Allah swt. yang artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syaithan dan syaithan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. al-Israa’ [17]: 27).
Di samping itu, momen perayaan tahun baru masehi dapat pula mencemari aqidah murni kita terhadap keesaan Allah yang telah tertancap di hati hambaNya yang beriman. Pasalnya, berdasarkan kesimpulan yang dipetik dari ditus Eramuslim.com edisi 29/12/2009 dinyatakan bahwa tahun baru 1 januari yang sedari dulu kita kenal sebagai hari libur umum nasional, ternyata sekarang telah dijadikan sebagai hari sucinya agama Kristen.
Dan di beberapa Negara pun telah mengaitkannya dengan sebuah ritual keagamaan yang jelas-jelas sangat bertentangan dengan agama Islam. Lihat saja suatu pantai yang ada di Negara Brazil, tepatnya pada tengah malam setiap tanggal 1 januari orang-orang sibuk melaksanakan prosesi ritual dengan aksi penaburan bunga di laut dan penguburan berbagai jenis buah-buahan, seperti mangga, semangka dan pepaya di pasir pantai tersebut. Ritual itu merupakan sebuah tanda penghormatan terhadap sang Dewa laut, Lemanja yang terkenal dalam legenda Negara Brazil.
Sejarah pun mencatat, bahwa pada bulan januari erat sekali kaitannya dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih. Sehingga agama Kristen pun sering disebut sebagai agama masehi. Dan masa sebelum Yesus lahir disebut tahun sebelum masehi (SM), sedangkan masa setelah kelahirannya disebut tahun masehi.
Sekarang kita telah mengetahui, kenapa perayaan tahun baru masehi itu diharamkan sekali oleh Islam. Dan tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menolak kemeriahan segala rangkaian acara yang disuguhkannya. Karena, jika kita tetap bersikukuh untuk melarutkan diri dalam perayaan tersebut, maka itu artinya kita telah mendukung syiar-syiar kesesatan mereka. Dan lebih mengkhawatirkannya lagi, hal tersebut sangatlah berpotensi dapat mengikis habis kadar keimanan kita kepada Allah swt..
Tentang masalah ini Rasulullah saw. pun dengan tegas telah menyinggungnya, supaya umat Islam hanya merayakan Hari Besarnya terpisah dengan agama lain.
Hati-hati!
Oleh karena itu, waspadalah terhadap setiap hal. Menyikapi apa yang terjadi di depan mata kita selayaknya ditanggapi secara kritis dan mendasar. Kita lihat bagaimana konteks agama memandang, apakah itu termasuk dalam tataran yang dibolehkan? Ataukah, justru malah diharamkan? Cermatilah!
*) Penulis adalah Mahasiswa STAIL
Tanah Suci yang Terusik
Oleh: Ridwan Yahya*
Dataran gersang yang diterjang
Permukaan tanah yang berpasir juga berdebu
Lesatan peluru dengan bengis mengusiknya
Semakin geram menerjang debu yang melayang
Tak puas debu tanah suci hanya menjadi saksi
Tanah suci dicoreti darah para penghuni
Pribumi menantang dengan panji Illahi
Sekarang tersakiti terus-menerus tiada henti
Semakin deras kucuran darah membanjiri
Semakin deras semangat membela panji
Panji tanah suci tegak menancap bumi
Panji samawi berkilau sampai langit diterangi
Kepala batu semakin keras dibalik peluru
Dari balik jiwa termuda sampai orang tua tersiksa
Adalah lecutan semangat jihad kan tetap membahana
Meraih kembali tanah nabi-nabi yang memuliakan
asma-Nya
Palestine… tomorrow will be free…
Palestine… tomorrow will be free…
Allahu akbar …!!!
*) Penulis adalah mahasiswa STAIL
Rintihan Air Mata
Oleh: Khairul Umam*
Impian…..
Semua berawal dari sebuah impian
Antara sadar dan tidak sadar
Ku termenung di balik jendela
Menatapi satu titik harapan
Tak terasa keringat dingin
Dan tetesan air matapun berjatuhan
Tahun demi tahunpun berlalu
Roda roda kehidupan terus berputar
Tak sesuatupun yang kumiliki
Melainkan goresan luka yang tersimpan dalam hati
Tak ada yang tersisa dari impian indah itu
Melainkan kenangan yang mengepak-ngepak
Laksana sayap tak tampak
Di sekelilingku
Kebahagiaan yang kuharapkan
Justru penyesalan dan kekecewaan yang ku dapatkan
Bisikan dalam hati......
Ya allah....yarabbi.......
Kini aku hanya dapat meratapi kesedihan
Kesucian yang selama ini kudambakan
Telah terselubungi oleh noda-noda kebejatan
Ya allah...ya rabbi....
Hanya kepadamulah aku mengadu
Hanya engkaulah yang maha pengampun
Kini aku mencoba larut dalam sujud panjangku
Dengan menagagungkan Asma-Mu
*) Penulis adalah Mahasiswa STAIL
Perayaan Tahun Baru Masehi di Mata Islam
Memaknai Tahun Baru
Kondisi Tanah Air Sebagai Negara Muslim
Kitapun bisa cermati pergaulan bebas yang bergejolak di tengah-tengah generasi muda kita yang dari hari ke hari semakin meresahkan dan menutup harapan akan kemajuan bangsa.
Jeritan Rakyat Indonesia
Jazirah Arab, Negeri yang Terpilih
Indonesia dan Malaysia: Perlukah Berperang?
Indonesia dan Bayang-bayang AIDS
Perkembangan dan perubahan suatu negara tidak lepas dari peran para pemuda. Bagaimana jadinya jika pemuda yang diharapkan bisa melakukan perubahan dan menjadi ujung tombak kemajuan, malah rusak dan memiliki moral yang jelek?
Mengkhawatirkan!
Dolly, Pemerintah, dan Kita
Surga Maksiat
Sudah menjadi rahasia umum, kalau Dolly dikenal sebagai area ”halal” dalam melakukan praktek perzinahan. Di sana, Para ahli maksiat setiap malam bebas berpesta ria tanpa memiliki rasa takut. Setiap malam, sekitar 1.200 Pekerja Seks Komersial (PSK) yang rata-rata berusia sekitar 18 – 30 tahun tersebar di 400 wisma dan siap melayani para tamu berhidung belang yang datang dari berbagai tempat. Menurut penuturan salah satu pemilik wisma, 1 wisma bisa didatangi oleh ”tamu” sebanyak 50-70 orang, dan 1 PSK bisa melayani 7-10 orang (Jawa Pos, 26/10/10). Maka tidak mengherankan jika Dolly disebut-sebut sebagai lokalisasi prostitusi terbesar di Asia tenggara.
Nahi Munkar
Kita sebagai orang Islam tentunya mengetahui bahwa kembali ke aturan Islam adalah solusi utama. Dalam agama Islam, perbuatan zina dipandang sebagai perbuatan hina dan keji. Mendekati zina aja dilarang, apalagi melakukannya. Laa taqrobuz zinaa, ”jangan dekati zina”, firman Allah dalam surat al-Isro’ayat 32. Lalu kalau ada orang yang berzina, Islam memberikan sanksi tegas. Bagi yang belum menikah (pezina gharu muhshan) dikena sanksi cambuk sebanyak 100 kali dan diasingkan selama satu tahun dari negerinya. Allah berfirman. ”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali dera.....(An-nur:2). Ibnu Umar juga berkata, ”Sesungguhnya Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam telah mencambuk dan mengasingkannya (pezina ghairu muhshan), sesungguhnya Abu Bakar telah mencambuk dan mengasingkannya, dan sesungguhnya Umar pun mencambuk dan mengasingkannya
(HR. Bukhari). Sementara bagi yang sudah menikah (muhshan) dikena sanksi rajam, yaitu dilempari batu sampai meninggal. ”Laki-laki yang sudah tua dan perempuan yang sudah tua jika keduanya berbuat zina, maka rajamlah keduanya sebagai suatu hukum an dari Allah” (HR. Imam Ahmad:5/183, Al-Hakim:4/360, Ad-darimi: 2/179)
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apa yang mestinya dilakukan dalam menyikapi masalah ini? Sebelum menjawab pertanyaan ini, coba kita perhatikan sabda Rasul yang diriwayatkan oleh Muslim:
”Barangsiapa yang melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu maka dengan lisannya. Dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan hal ini adalah selemah-lemahnya Iman”
Dalam kitab Syarah Arba’in Nawawi, dijelaskan bahwa kewajiban merubah kemungkaran haruslah dengan tahapan-tahapan. Pertama, dengan tangan, dan ini hanya sanggup dilakukan oleh penguasa. Kedua, jika tidak mampu maka dengan lisan, dan ini bagi para penyeru kebajikan yang biasa menjelaskan kemungkaran-kemungkaran kepada masyarakat. Ketiga, bila orang tidak mampu merubah kemungkaran dengan tangan atau dengan lisannya, ia harus merubahnya dengan hatinya (berdoa).
Di sini menjadi jelas, bahwa kemungkaran seperti adanya praktik perzinahan di Dolly haruslah dirubah, hingga kemungkaran itu tidak lagi terjadi. Kalau perintah Rasul ini diabaikan, sementara kejahatan/kemungkaran sudah merajalela, maka siksa akan melanda semua orang, baik yang lurus maupun yang bengkok (jahat). Karena Allah akan menimpakan azab secara merata. Allah ta’ala berfirman, ”Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An-nur:63)