Minggu, 15 Mei 2011

Budaya Ilmu dan Kemenangan Islam

       Kalau orang-orang Islam di zaman sekarang mau menjadi pemenang, maka hendaklah menjadikan kegiatan belajar sebagai aktivitas yang membudaya. Itulah pesan yang disampaikan oleh Ustadz Cholis akbar ketika mengisi Kajian Ilmiah yang diselenggarakan oleh Depertemen Dakwah dan Pendidikan IMHI di kantor majalah Suara Hidayatullah Surabaya pada Jum’at (13/5).
           Dulu, katanya, tatkala Islam terkalahkan oleh pasukan salib, Imam Gazali uzlah dan merenung bagaimana caranya agar Islam ini menang. Dia melihat, seluruh elemen mayarakat tertimpa penyakit dan sulit disembuhkan, sehingga wajar pasukan Islam dicerai beraikan oleh tentara salib. Akhirnya Imam Gazali berkesimpulan, bahwa solusi terbaik ialah memperkuat diri yang dimulai dari ilmu. Hal itu dia lakukan dengan membina masyarakat dan membangun madrasah-madrasah. Dia juga mengarang kitab Ihya’ Ulmuddin (Menghidupkan Ilmu Agama) yang kemudian menjadi kitab fenomenal di dunia Islam.
       Makanya tidak mengherankan, bertahun-tahun kemudian lahirlah generasi emas yang mampu meluluh lantakkan pasukan salib. Di antara tokoh yang lahir berkat upaya yang dilakukan Imam Gazali ini adalah Shalahuddin Al-Ayyubi, tokoh pembebas Palestina. Namun, lanjut ustadz Cholis, sebenarnya yang memiliki kualitas keislaman yangb baik tidak hanya Shalahuddin Al-Ayyubi. Ada sekitar 5.000 orang yang hidup di masa itu yang memiliki kualitas sama dengan Shalahudin Al-Ayyubi.
         Hal ini menunjukkan bahwa membangun budaya ilmu sangat penting untuk kejayaan Islam. Islam bisa bangkit dari keterpurukan dengan membangun tradisi ilmu terlebih dahulu.
         Ustadz yang merupakan salah satu senior wartawan majalah Suara Hidayatullah ini pun menjelaskan, mengapa Gaza sampai sekarang tetap bertahan, tidak bisa dihancurkan oleh Israel. Di Gaza, katanya, budaya ilmu tercipta. Membaca dan menghafal Al-Quran menjadi kebiasaan para pemudanya. Ibadahnya pun tidak ketinggalan, termasuk sholat tahajjud.
         Beliau juga memaparkan fakta, bahwa ustadz Abdullah Sa’id, selaku pendiri Hidayatullah memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap ilmu. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya buku yang dia baca. Oleh karena itu, ustadz yang sekarang mendapat amanah sebagai Redaktur Pelaksana hidayatullah.com ini menghimbau kepada para mahasiswa yang hadir agar bisa mencontoh beliau.
        Selain itu, ustadz Cholis juga memberikan triger kepada mahasiswa agar bisa menjadi penerus Islam yang bisa menjadikan Islam jaya, tidak terpuruk. Mahasiswa harus bisa melawan musuh-musuh Islam. Musuh-musuh Islam di era sekarang, katanya, memerangi Islam dengan sangat halus. Contoh kecil, ialah, Barat mulai berhasil mengahapus kata JIHAD dan I’DAD di dunia Islam. Berbicara sedikit saja tentang jihad, maka akan dianggap teroris. Padahal kunci kemenangan Islam terletak pada keduanya.
          Kajian Ilmiah IMHI pada pertemun ini bertema “Budaya Ilmu di Hidayatullah (Studi Komparatif Pendiri Hidayatullah (ustadz Abdullah Sa’id ) dan Kultur Jama’ah)”. Mahasiswa yang hadir merupakan Pengurus Pusat IMHI, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAIL, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STAIL, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Dakwah STAIL, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarbiyah STAIL. Kajian yang mengupas tema-tema seputar mahasiswa dan Hidayatullah ini diagendakan setiap bulan sekali dan bertempat di kantor majalah Suara Hidayatullah suarabaya.



7 komentar:

  1. Semoga budaya ilmu di hidayatullah bisa terbentuk, sehingga kita bisa benar-benar membangun tradisi Islam

    BalasHapus
  2. mari mulai dari diri kita sendiri......
    selanjtnya kita ajak orang yang ada di sekeliling kita.

    BalasHapus
  3. Seharusnya kader-kader muda hidayatullah bisa meniru ust. Abdullah sa'id, yaitu banyak membaca, banyak belajar. Pertanyaannya, apakah kita bisa?

    BalasHapus
  4. kenapa tidak bisa????
    Hidayatullah perlu sedikit membuka diri
    Hidayatullah jangan terpedaya dengan dunia
    Hidayatullah harus punya ulama yang konsisten dengan Al-qur'an dan As-Sunnah, jika apa yang selama dipahami SALAH, kenapa takut untuk BERUBAH
    Empat imam madzab aja telah sepakat, jika apa yang mereka sampaikan salah, harus segera ditinggalkan

    BalasHapus
  5. hijrah dari sikap dan pemehaman yang salah ke sikap dan pemahaman yang benar....

    BalasHapus
  6. Vietnam bisa mengalahkan amerika bukan karena Ilmu agama tuch....Dan Amerika bisa mengalahkan Irak juga bukan karena ilmu agama, dan Quraish bisa mengalahkan pasukan Muhammad pd perang UHUD juga bkn karena ilmu agama tuch....dlm medan perang jangan campur adukkan antara ilmu agama dan strategi perang, lihat fakta sejarah: pasukan Cina pada abad pertangahan bisa mengalahkan musuh2nya juga bkn karena ilmu agama, tetapi karena strateginya, Jepang bisa mengalahkan negara2 asia tenggara pada perang dunai II juga bkn karena jepang telah belajar Alquran, dan Jerman bisa menaklukan hampir seluruh eropa juga bukan karena belajar ilmu agama...dan itu faktanya

    BalasHapus
  7. Anonim: Memang mereka menang, tapi kemenangannya singkat...coba lihat peradaban bangsa Tartar, mereka hanya mengandalkan pasukan yang kuat tanpa dilandasi tradisi ilmu yang kuat. Namun, islam, dengan tradisi keilmuan yang kuat bisa menjadi penguasa dunia berabad-abad lamanya, jauh dari apa yang dicapai Barat sekarang...

    BalasHapus